Fuad Baradja, Mantan Perokok yang Kini Jadi Terapis Tobat Rokok
Jakarta, Beberapa tahun yang lalu, Fuad Baradja dikenal sebagai artis lewat perannya dalam sinetron 'Jin dan Jun'. Namun kini mantan perokok ini lebih dikenal sebagai aktivis penanggulangan masalah rokok. Ia juga mahir dalam menterapis orang-orang yang ingin tobat rokok.
Dulunya, pria kelahiran Solo ini adalah seorang perokok, mesti tak bisa dikatakan sebagai perokok berat karena sebungkus rokok bisa dihabiskannya dalam 2 hari.
Fuad mulai candu rokok sejak tahun 1980, saat ia baru berusia 20 tahun. Tapi di tahun 1991, ia memutuskan berhenti merokok total karena mulai merasakan dampaknya terhadap kesehatan.
"Saya merokok dari tahun 80 sampai 91, berhenti itu karena sakit. Orang Indonesia kan gitu, berhenti merokok karena sakit," kenang Fuad Baradja, saat ditemui dalam acara launching bukunya yang berjudul 'Siapa Bilang Rokok Nggak Bisa Bikin Kaya..?!', di Bebek Bengil Resto, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (29/12/2012).
Saat itu, Fuad mengalami batuk yang cukup parah. Dokter menanyakan apakah ia merokok dan memintanya untuk menghentikan kebiasaannya tersebut. Ia pun menurut dan langsung merasakan bahwa batuknya benar-benar berhenti setelah ia menjauhkan diri dari rokok.
Meski saat itu pengetahuannya tentang rokok belum banyak, ayah 4 orang anak ini tetap memutuskan untuk berhenti merokok karena sudah merasakan sendiri efek baik pada tubuhnya.
Itu merupakan cerita 7 tahun sebelum Fuad akhirnya terjun langsung ke dunia penanggulangan masalah rokok.
Tahun 1998 adalah awal mula Fuad berkecimpung di organisasi pengendalian dampak tembakau. Permulaannya sangat sederhana, dari sebuah artikel di harian nasional yang di dalamnya ada berita bahwa dana cukai yang diterima pemerintah (saat itu sekitar 3,5 triliun) tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan biaya kesehatan yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi dampak buruk rokok bagi kesehatan, yang bisa mencapai empat kali lipatnya.
"Tulisan itu mengusik hati saya. Lalu saya terus teliti narasumbernya," jelas pria kelahiran 27 Agustus 1960 ini.
Dalam hitungan hari, ia sudah menemukan lokasi kantor Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM-3), yang saat itu dipimpin oleh Renie Singgih, sang narasumber, dan sejak minggu berikutnya Fuad sudah aktif menggali informasi tentang rokok dan permasalahannya.
Semakin banyak digali ia semakin tidak percaya, bahwa ternyata masalah merokok tidak hanya seputar masalah kanker, serangan jantung atau pun impotensi, tapi jauh lebih serius, yaitu masalah masa deoan bangsa Indonesia.
Ia pun akhirnya mulai aktif memberikan penyuluhan dan informasi di berbagai sekolah-sekolah. Dalam 3 bulan saja, ia bisa menyambangi 54 sekolah dasar. Hingga akhirnya ia mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan RI karena partisipasinya di bidang penanggulangan masalah rokok.
Di zaman teknologi yang semakin canggih, Fuad pun tak mau kalah dengan terus memberikan informasi lewat akun Facebooknya. Hampir semua statusnya berbau rokok. Bahkan kini 250 status Facebooknya dikumpulkan menjadi sebuah buku 'Siapa Bilang Rokok Nggak Bisa Bikin Kaya..?!'.
Namun selama 10 tahun aktif di bidang penanggulangan masalah rokok, ia mengaku sama sekali tidak punya 'alat' yang benar-benar bisa membuat orang berhenti merokok. Ia hanya bisa memberikan informasi dan motivasi agar orang mau meninggalkan kebiasaan buruknya.
"Waktu itu memang saya tidak punya cara langsung, saya hanya menjelaskan pada mereka bagaimana paru-paru jadi hitam dsb. Artinya bagaimana mereka termotivasi agar berhenti merokok, tapi tidak ada tools-nya," terang
Barulah di awal tahun 2009, seorang teman mengenalkannya dengan terapi yang bisa membuat orang berhenti merokok. Ia langsung mencari informasi dan mengikuti pelatihannya. Sejak saat itu, ia pun mulai menjadi terapis yang bisa membuat orang berhenti merokok.
"Kalau pas seminar ada yang bilang 'Pak saya mau berhenti merokok', dia orang pertama yang akan saya terapi," tuturnya.
Tak tanggung-tanggung, ia langsung kebanjiran pasien yang ingin tobat rokok. Saat memberikan seminar di berbagai daerah di Indonesia, ia pun tak pelit berbagi ilmu dan mengajarkan orang bagaimana melakukan terapi berhenti merokok tersebut.
Menurutnya, cara terapi tersebut sangat mudah dipelajari. Ia juga mempublikasikannya lewat Youtube dan akun Facebooknya. Semua pengalaman menarik selama menangani pasien pun ia dituangkannya di dalam bukunya.
"Jadi berhenti merokok itu perlu niat, niat timbul kalau ada motivasi, dan motivasi ada kalau ada informasi," tutup Fuad.
Bagi perokok yang juga ingin tobat rokok, bisa langsung berkonsultasi dengan Fuad melalui email fuadbaradja@yahoo.com atau via sms di nomor 0811866411.
Dulunya, pria kelahiran Solo ini adalah seorang perokok, mesti tak bisa dikatakan sebagai perokok berat karena sebungkus rokok bisa dihabiskannya dalam 2 hari.
Fuad mulai candu rokok sejak tahun 1980, saat ia baru berusia 20 tahun. Tapi di tahun 1991, ia memutuskan berhenti merokok total karena mulai merasakan dampaknya terhadap kesehatan.
"Saya merokok dari tahun 80 sampai 91, berhenti itu karena sakit. Orang Indonesia kan gitu, berhenti merokok karena sakit," kenang Fuad Baradja, saat ditemui dalam acara launching bukunya yang berjudul 'Siapa Bilang Rokok Nggak Bisa Bikin Kaya..?!', di Bebek Bengil Resto, Jakarta, seperti ditulis Sabtu (29/12/2012).
Saat itu, Fuad mengalami batuk yang cukup parah. Dokter menanyakan apakah ia merokok dan memintanya untuk menghentikan kebiasaannya tersebut. Ia pun menurut dan langsung merasakan bahwa batuknya benar-benar berhenti setelah ia menjauhkan diri dari rokok.
Meski saat itu pengetahuannya tentang rokok belum banyak, ayah 4 orang anak ini tetap memutuskan untuk berhenti merokok karena sudah merasakan sendiri efek baik pada tubuhnya.
Itu merupakan cerita 7 tahun sebelum Fuad akhirnya terjun langsung ke dunia penanggulangan masalah rokok.
Tahun 1998 adalah awal mula Fuad berkecimpung di organisasi pengendalian dampak tembakau. Permulaannya sangat sederhana, dari sebuah artikel di harian nasional yang di dalamnya ada berita bahwa dana cukai yang diterima pemerintah (saat itu sekitar 3,5 triliun) tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan biaya kesehatan yang harus ditanggung pemerintah dan masyarakat untuk menanggulangi dampak buruk rokok bagi kesehatan, yang bisa mencapai empat kali lipatnya.
"Tulisan itu mengusik hati saya. Lalu saya terus teliti narasumbernya," jelas pria kelahiran 27 Agustus 1960 ini.
Dalam hitungan hari, ia sudah menemukan lokasi kantor Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM-3), yang saat itu dipimpin oleh Renie Singgih, sang narasumber, dan sejak minggu berikutnya Fuad sudah aktif menggali informasi tentang rokok dan permasalahannya.
Semakin banyak digali ia semakin tidak percaya, bahwa ternyata masalah merokok tidak hanya seputar masalah kanker, serangan jantung atau pun impotensi, tapi jauh lebih serius, yaitu masalah masa deoan bangsa Indonesia.
Ia pun akhirnya mulai aktif memberikan penyuluhan dan informasi di berbagai sekolah-sekolah. Dalam 3 bulan saja, ia bisa menyambangi 54 sekolah dasar. Hingga akhirnya ia mendapatkan penghargaan dari Menteri Kesehatan RI karena partisipasinya di bidang penanggulangan masalah rokok.
Di zaman teknologi yang semakin canggih, Fuad pun tak mau kalah dengan terus memberikan informasi lewat akun Facebooknya. Hampir semua statusnya berbau rokok. Bahkan kini 250 status Facebooknya dikumpulkan menjadi sebuah buku 'Siapa Bilang Rokok Nggak Bisa Bikin Kaya..?!'.
Namun selama 10 tahun aktif di bidang penanggulangan masalah rokok, ia mengaku sama sekali tidak punya 'alat' yang benar-benar bisa membuat orang berhenti merokok. Ia hanya bisa memberikan informasi dan motivasi agar orang mau meninggalkan kebiasaan buruknya.
"Waktu itu memang saya tidak punya cara langsung, saya hanya menjelaskan pada mereka bagaimana paru-paru jadi hitam dsb. Artinya bagaimana mereka termotivasi agar berhenti merokok, tapi tidak ada tools-nya," terang
Barulah di awal tahun 2009, seorang teman mengenalkannya dengan terapi yang bisa membuat orang berhenti merokok. Ia langsung mencari informasi dan mengikuti pelatihannya. Sejak saat itu, ia pun mulai menjadi terapis yang bisa membuat orang berhenti merokok.
"Kalau pas seminar ada yang bilang 'Pak saya mau berhenti merokok', dia orang pertama yang akan saya terapi," tuturnya.
Tak tanggung-tanggung, ia langsung kebanjiran pasien yang ingin tobat rokok. Saat memberikan seminar di berbagai daerah di Indonesia, ia pun tak pelit berbagi ilmu dan mengajarkan orang bagaimana melakukan terapi berhenti merokok tersebut.
Menurutnya, cara terapi tersebut sangat mudah dipelajari. Ia juga mempublikasikannya lewat Youtube dan akun Facebooknya. Semua pengalaman menarik selama menangani pasien pun ia dituangkannya di dalam bukunya.
"Jadi berhenti merokok itu perlu niat, niat timbul kalau ada motivasi, dan motivasi ada kalau ada informasi," tutup Fuad.
Bagi perokok yang juga ingin tobat rokok, bisa langsung berkonsultasi dengan Fuad melalui email fuadbaradja@yahoo.com atau via sms di nomor 0811866411.
detik.com
0 comments:
Post a Comment