Kurangi Curah Hujan 27 Januari, BPPT Modifikasi Cuaca di Jakarta Sabtu
Jakarta - Tanggal 27 Januari diperkirakan akan muncul pasang surut air laut dan curah hujan tinggi sehingga berpotensi banjir di Jakarta. Untuk mengurangi risiko itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). TMC untuk mengurangi curah hujan itu akan dilakukan besok, Sabtu (26/1).
Terdapat dua metode yang akan digunakan BPPT yakni yang pertama mempercepat proses hujan bagi awan-awan yang akan masuk ke Jakarta. Sehingga, curah hujan yang dibawa awan mendung tersebut sudah berkurang ketika sampai di atas area Jabodetabek.
"Ada awan yang cepat menjadi hujan, ada yang nggak menjadi hujan, dan ada awan yang membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi hujan. Jadi awan-awan yang dari luar daerah Jabodetabek, misalnya di laut akan kita 'hujankan' dulu sebelum sampai Jakarta," jelas peneliti Meteorologi Tropis di BPPT yang juga Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan UPT Hujan Buatan, Dr Tri Handoko Seto, kepada detikcom, Jumat (25/1/2013).
Untuk proyek ini, digunakan pesawat Hercules milik TNI AU dan dua pesawat Cassa milik BPPT yang membawa material untuk menyemai awan mendung. Ketiga pesawat ini akan berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah.
"Awan-awan (pembawa hujan) yang sebelum masuk ke Jakarta, kita berikan bahan semai semacam garam yang kita proses secara kimia, sehingga sebelum masuk Jakarta awannya sudah menurunkan hujan," lanjutnya.
Awan yang telah disemai tersebut akan tetap membawa hujan, namun dengan jumlah curah hujan yang lebih kecil.
Sementara metode yang kedua adalah Ground Base Generator (GBG). Dengan metode ini, awan yang sudah berada di atas wilayah Jabodetabek akan dipersulit prosesnya menjadi hujan.
"Di Jabodetabek sendiri kita buat pasang peralatan 20 titik, untuk awan-awan yang tumbuh di Jabodetabek, awannya dipersulit hujannya," ujar Tri.
"(Metode ini berupa) Pembangkit partikel dari permukaan, ada yang pakai menara. Jadi walau hujan, akan jatuh ke mana, setelah awan terbawa angin," imbuhnya.
Tri menjelaskan ada 5 menara permanen di Bogor untuk mengoperasikan metode (GBG). Sementara itu juga ada sejumlah perangkat mobile yang berada di Jakarta sepanjang dari selatan (Bogor) hingga utara (pesisir pantai).
"Jadi begitu awan melewati menara itu, awannya akan dipersulit untuk menjadi hujan," tuturnya.
Kedua metode ini akan mulai dilakukan besok hingga waktu yang tidak ditentukan. "Kami siap melaksanakannya sampai Jakarta benar-benar aman," kata Tri.
Terdapat dua metode yang akan digunakan BPPT yakni yang pertama mempercepat proses hujan bagi awan-awan yang akan masuk ke Jakarta. Sehingga, curah hujan yang dibawa awan mendung tersebut sudah berkurang ketika sampai di atas area Jabodetabek.
"Ada awan yang cepat menjadi hujan, ada yang nggak menjadi hujan, dan ada awan yang membutuhkan waktu yang lama untuk menjadi hujan. Jadi awan-awan yang dari luar daerah Jabodetabek, misalnya di laut akan kita 'hujankan' dulu sebelum sampai Jakarta," jelas peneliti Meteorologi Tropis di BPPT yang juga Kepala Bidang Pengkajian dan Penerapan Teknologi Pembuatan Hujan UPT Hujan Buatan, Dr Tri Handoko Seto, kepada detikcom, Jumat (25/1/2013).
Untuk proyek ini, digunakan pesawat Hercules milik TNI AU dan dua pesawat Cassa milik BPPT yang membawa material untuk menyemai awan mendung. Ketiga pesawat ini akan berangkat dari Bandara Halim Perdana Kusumah.
"Awan-awan (pembawa hujan) yang sebelum masuk ke Jakarta, kita berikan bahan semai semacam garam yang kita proses secara kimia, sehingga sebelum masuk Jakarta awannya sudah menurunkan hujan," lanjutnya.
Awan yang telah disemai tersebut akan tetap membawa hujan, namun dengan jumlah curah hujan yang lebih kecil.
Sementara metode yang kedua adalah Ground Base Generator (GBG). Dengan metode ini, awan yang sudah berada di atas wilayah Jabodetabek akan dipersulit prosesnya menjadi hujan.
"Di Jabodetabek sendiri kita buat pasang peralatan 20 titik, untuk awan-awan yang tumbuh di Jabodetabek, awannya dipersulit hujannya," ujar Tri.
"(Metode ini berupa) Pembangkit partikel dari permukaan, ada yang pakai menara. Jadi walau hujan, akan jatuh ke mana, setelah awan terbawa angin," imbuhnya.
Tri menjelaskan ada 5 menara permanen di Bogor untuk mengoperasikan metode (GBG). Sementara itu juga ada sejumlah perangkat mobile yang berada di Jakarta sepanjang dari selatan (Bogor) hingga utara (pesisir pantai).
"Jadi begitu awan melewati menara itu, awannya akan dipersulit untuk menjadi hujan," tuturnya.
Kedua metode ini akan mulai dilakukan besok hingga waktu yang tidak ditentukan. "Kami siap melaksanakannya sampai Jakarta benar-benar aman," kata Tri.
detik.com
0 comments:
Post a Comment