Pemerkosaan di Suriah Picu Eksodus Kaum Wanita dan Anak-anak
Damaskus - Pemerkosaan disebut-sebut sebagai persoalan paling utama dalam konflik Suriah yang tak kunjung berakhir. Tindak kekerasan dan pemerkosaan itu jugalah yang memicu eksodus besar-besaran kaum wanita dan anak-anak keluar dari Suriah.
Banyak warga Suriah, terutama wanita dan anak-anak yang memilih melarikan diri ke negara tetangga, seperti Yordania dan Libanon, demi menghindari konflik di negaranya. Hasil laporan organisasi kemanusiaan, International Rescue Committee (IRC) yang diberi judul "Syria: A Regional Crisis" menyebut pemerkosaan sebagai "faktor yang paling mengganggu dan paling signifikan dalam perang saudara di Suriah".
"Dalam penelitian IRC ke Libanon dan Yordania, kebanyakan warga Suriah mengakui pemerkosaan sebagai alasan utama keluarga mereka kabur ke luar negeri," demikian bunyi laporan IRC yang berbasis di Amerika Serikat ini, seperti dilansir AFP, Senin (14/1/2013).
"Banyak wanita dan anak perempuan Suriah yang menyatakan dirinya menjadi korban penyerangan di depan publik maupun di rumah mereka sendiri, terutama oleh pria-pria bersenjata. Pemerkosaan yang terjadi, yang terkadang dilakukan secara berkelompok, seringkali terjadi di depan anggota keluarga mereka," lanjut laporan tersebut.
Laporan IRC tersebut juga menyebutkannya maraknya kekerasan terhadap perempuan Suriah, seperti penculikan, pemerkosaan, penyiksaan hingga pembunuhan. Menurut IRC, banyak korban kekerasan seksual yang enggan melaporkan ke pihak berwenang karena ketakutan.
Selain itu, terkadang korban malah dihabisi nyawanya oleh keluarganya sendiri karena dianggap memalukan keluarga. Dalam kasus lainnya, tidak jarang korban malah dinikahkan secara paksa, meski dalam usia yang sangat muda, demi menjaga kehormatan keluarga.
"Stigma dan normal sosial yang ditimbulkan oleh pemerkosaan menjadi aib bagi wanita dan anak perempuan serta keluarga mereka," jelas IRC.
IRC juga melaporkan, banyaknya pengungsi Suriah di Yordania dan Libanon yang kekurangan fasilitas medis dan layanan konseling. "Kondisi kamp pengungsian yang tidak aman juga memicu terjadinya kekerasan domestik," imbuh IRC.
Hingga saat ini, badan urusan pengungsi PBB alias UNHCR mencatat, sedikitnya ada 600 ribu pengungsi Suriah yang terdaftar di sejumlah kamp pengungsian di negara-negara tetangga. PBB memperkirakan, jumlah pengungsi akan membengkak menjadi 1,1 juta hingga bulan Juni mendatang jika konflik Suriah masih terus berlangsung.
Banyak warga Suriah, terutama wanita dan anak-anak yang memilih melarikan diri ke negara tetangga, seperti Yordania dan Libanon, demi menghindari konflik di negaranya. Hasil laporan organisasi kemanusiaan, International Rescue Committee (IRC) yang diberi judul "Syria: A Regional Crisis" menyebut pemerkosaan sebagai "faktor yang paling mengganggu dan paling signifikan dalam perang saudara di Suriah".
"Dalam penelitian IRC ke Libanon dan Yordania, kebanyakan warga Suriah mengakui pemerkosaan sebagai alasan utama keluarga mereka kabur ke luar negeri," demikian bunyi laporan IRC yang berbasis di Amerika Serikat ini, seperti dilansir AFP, Senin (14/1/2013).
"Banyak wanita dan anak perempuan Suriah yang menyatakan dirinya menjadi korban penyerangan di depan publik maupun di rumah mereka sendiri, terutama oleh pria-pria bersenjata. Pemerkosaan yang terjadi, yang terkadang dilakukan secara berkelompok, seringkali terjadi di depan anggota keluarga mereka," lanjut laporan tersebut.
Laporan IRC tersebut juga menyebutkannya maraknya kekerasan terhadap perempuan Suriah, seperti penculikan, pemerkosaan, penyiksaan hingga pembunuhan. Menurut IRC, banyak korban kekerasan seksual yang enggan melaporkan ke pihak berwenang karena ketakutan.
Selain itu, terkadang korban malah dihabisi nyawanya oleh keluarganya sendiri karena dianggap memalukan keluarga. Dalam kasus lainnya, tidak jarang korban malah dinikahkan secara paksa, meski dalam usia yang sangat muda, demi menjaga kehormatan keluarga.
"Stigma dan normal sosial yang ditimbulkan oleh pemerkosaan menjadi aib bagi wanita dan anak perempuan serta keluarga mereka," jelas IRC.
IRC juga melaporkan, banyaknya pengungsi Suriah di Yordania dan Libanon yang kekurangan fasilitas medis dan layanan konseling. "Kondisi kamp pengungsian yang tidak aman juga memicu terjadinya kekerasan domestik," imbuh IRC.
Hingga saat ini, badan urusan pengungsi PBB alias UNHCR mencatat, sedikitnya ada 600 ribu pengungsi Suriah yang terdaftar di sejumlah kamp pengungsian di negara-negara tetangga. PBB memperkirakan, jumlah pengungsi akan membengkak menjadi 1,1 juta hingga bulan Juni mendatang jika konflik Suriah masih terus berlangsung.
detik.com
0 comments:
Post a Comment